Inovasi Kelayakan Rapid Test HIV, Marini Ikuti Lomba Nakes Teladan Banten

TIM Penilai Tenaga Kesehatan (Nakes) Teladan Tingkat Provinsi Banten melakukan kunjungan penilaian kepada Marini Amd.AK, Petugas Laboratorium Puskesmas Kelapa Dua, Rabu (13/7/2022).

Rombongan tim penilai mendatang Puskesmas Kelapa Dua, tempat Marini bekerja. Marini sebelumnya memang sudah dinobatkan menjadi Nakes Teladan Analisis Tingkat Kabupaten Tangerang dan menjadi duta Tenaga Kesehatan Kabupaten Tangerang untuk Lomba Nakes Teladan Provinsi Banten.

Rabu 13 Juli, Tim Penilai Banten melakukan penilaian kerja lingkungan yang berkaitan dengan pelayanan ke Puskesmas Kelapa Dua di wilayah Kecamatan Kelapa Dua.

Marini Amd.AK mengakui dirinya melakukan analisis kelayakan alat Rapid Test HIV yang dilombakan, berdasarkan kebutuhan memaksa karena tidak adanya alat untuk mengatahui layak-tidaknya Rapid Test HIV/AIDS yang alatnya sudah lama tersimpan.

Sementara bahan Quality Control (QC) alat ini belum ada yang menjualnya, begitu juga produsennya sendiri tidak mengeluarkan QC, katanya.

Berlatar-belakang pembuatan metoda “Pelaris” (Penetapan Mutu Laboratorium Internal Sederhana) yang dilaksanakan di Klinik Cempaka sebagai klinik yang menangani permasalahan HIV di Puskesmas Kelapa Dua, inovasi ini membuahkan banyak pujian.

Sejak tahun 2019, klinik ini memang menangani permasalahan penderita HIV/AIDS, baik di dalam maupun luar gedung. Di tahun 2020-2022 dengan aturan Pandemi Covid-19, pelayanannya terhenti. Akibatnya alat Rapid Test HIV ini tersimpan di tempatnya dan tidak terpakai.

Tahun 2022 ini, pelayanan HIV/AIDS sudah bisa dilaksanakan kembali, sedangkan alat Rapid Test HIV-nya tidak bisa diketahui masih bisa digunakan atau tidak.

“Dari situlah saya berusaha untuk mencari tahu bagaimana cara mengetahui QC Rapid Test itu,” katanya. Dia pun mulai mencari masukan ilmiah dari membaca buku dan refrensi lainnya. Akhirya ditemukan cara yang murah dan efektif untuk mengetahui QC Rapid Test HIV. “Mulailah saya coba dan hasilnya benar memuaskan…” katanya.

Adapun cara yang digunakan adalah dengan mengumpulkan darah penderita positif dan negatif, lalu masing-masing disaring dan diambil cairannya. Kemudian dimasukan ke satu tempat darah dan dibekukan.

Selanjutnya, setiap kali mau melakukan tes, tempat darah yang beku itu diambil untuk dicairkan dan baru dilakukan tesnya. “Uji-coba ini hasilnya memuaskan,” ucapnya.

TEKAN BIAYA

Sementara drg Trully Kartikasari, Kepala Puskesmas Kelapa Dua, mengakui hasil inovasi petugas laboratoriumnya ini sangat membantu memudahkan pekerjaan penanganan HIV. Bahkan inovasi itu bisa menekan biaya.

“Kemungkinan besar permasalahan inipun dirasakan teman-teman di puskesmas-puskesmas lainnya,” katanya. Karena selama Pandemi Covid-19 semua alat Rapid Test HIV tidak bisa digunakan.

“Bila mengandalkan masa kadaluarsa (expired), kekhawatiran pasti ada karena sudah terlampau lama di tempat dan tidak di gunakan,” ucapnya. Namun dengan inovasi petugas laboratorium itu, semua bisa terpecahkan. “Mudah-mudahan inovasi ini bisa membantu teman-teman di puskesmas lainnya.